Jumat, 11 Desember 2015

makalah hiperemesis gravidarum



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death), kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin. Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Kami tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita hiperemesis gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase sebesar 55% dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum

B.     TUJUAN PENULISAN
  1. Tujuan Umum
       Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada               pasien ibu hamil dengan Hypermesis Gravidarum
  1. Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mengerti pengertian Hyperemesis Gravidarum
b.      Mahasiswa mampu mengetahui etiologi Hyperemesis Gravidarum
c.       Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hyperemesis Gravidarum
d.      Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi
e.       Mahasiswa mampu mengetahui pathways
f.       Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang
g.      Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan
h.      Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan








BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.
(Rustam Mochtar, 1998)
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan.
(Hellen Farrer, 1999)
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama (umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.
(Varney, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering, cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik.
(Llwellyn, 2011)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa  Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggut kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.





B.     Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi. Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.      Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2.      Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3.      Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4.      Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
(Wiknjosastro, 2005)

C.    Tanda dan Gejala
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
  1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

  1. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
  1. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wiknjosastro, 2005)

D.    Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perpusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan eksresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weeiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

                                                                                                      (Wiknjosastro,2015)




E.   Pathways














 



                                                Faktor hormonal
invasi jaringan vili                                          
            korialis                           Hormon khorionik
                                          Gonadotropin berlebihan
Emesis grevidarum
 
masuk kedalam
komplikasi
 

 
Peningkatan tekanan gaster
 
peredaran darah


 


                                   Hyperemesis Gravidarum


 




















Kelemahan tubuh
 
Syok Hipovolemik
Intoleransi aktivitas
 

F.     Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis. Pemberian terapi intravena yang kemudian dipantau pemberian agens farmakologi dan suplemen nutrisi dan pemantauan wanita respon terhadap intervensi. Perawat mengopservasi wanita untuk mendeteksi adanya komplikasi seperti aksidosis metabolik, interik atau himoragi dan memberitahu tenaga keperawatan kesehatan begitu tanda-tanda tersebut muncul.

2.      Penatalaksanaan Medis
  1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
  1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
  1. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
  1. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24  jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
  1. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)

G. Pemeriksaan Penunjang
1.      USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2.      Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3.      Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.    Pengkajian Keperawatan

1.      Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2.      Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3.      Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4.      Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5.      Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6.      Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
7.      Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8.      Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9.      Pembelajaran dan penyuluhan
a.       Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama.
b.      Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c.       Turgor kulit, lidah kering
d.      Adanya aseton dalam urine


B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
2.      Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebi
3.      Intolerans aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4.      Syok hipovolemik berhubugan dengan penurunan keasadaran
C.    Rencana Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Tujuan :
a.       Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberi makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan besi.
b.      Mengikuti diet yang dianjurkan.
c.       Mengkonsumsi suplemen zat besi / vitamin sesuai resep.
d.      Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai ( biasanya 1,5 kg pada ahir trimester pertama )
Kriteria Hasil :
a.     Nafsu makan bertambah
b.    Mual berkurang
c.     Nutrisi membaik.
Intervensi:
1.      Batasi intake oral hingga muntah berhenti.
R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
2.      Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.      Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
4.      Catat intake dan output.
R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
5.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
6.      Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/dapat menstimulus mual dan muntah.
7.      Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih

2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
Tujuan :
a.       Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk menurunkan frekuensi dan keparahan mual/muntah.
b.      Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari.
c.       Mengidenifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala dehidrasi yang memerlukan tindakan.

Intervensi:
1.      Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
2.      Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
R/Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3.      Anjurkan klien mempertahankan masukan/keluaran, tes urin,dan penurunan berat badan setiap hari.
R/Membantu dalam proses penyembuhan penyakit.
4.      Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar
R/Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
5.      Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
R/Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.

3.      Intoleransi  Aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan metabolisme sel.
Tujuan :
a.       Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/tingkat energi.
b.      Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur.

Intervensi:
1.      Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
R/Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
2.      Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
R/Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
3.      Bantu klien beraktifitas secara bertahap
R/Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
4.      Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
R/Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.
5.      Beriakn latihan rentang gerak pasif/aktif pada pasien yang terbaring di tempat tidur.
R/Menjaga kelenturan sendi-sendi tulang.
6.      Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,
bantu ambulasi.
R/Menjaga keselamatan pasien selama di rawat di rumah sakit.



4.      Syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahanyang terjadi secara terus menerus
Tujuan:
Tidak terjadi syok selama dalam masa perawatan dengan kriteria :
-Tidak terjadi penurunan kesadaran
-TTV dalam batas normal
-Tugor kulit baik
-Perkusi perifer baik (akral hangat, kering dan merah)
-Cairan dalam tubuh balance.

Intervensi:
1.      Anjurkan pasien untuk lebih banyak minum.
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravaskuler yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
2.      Observasi TTV tiap 24 jam
      R/ Perubahan TTV dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
3.      Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/  Dehidrasi merupakan awal terjadinya syock bila dehodrasi tidak ditangan secara baik.
4.      Observasi intake cairan dan output.
R/ Intake cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
5.      Observasi tingkat kesadaran klien
R/ Pengukuran GCS EVM
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pembaerian terapi cairan IV
R/ Cairan intra vena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
7.      Monitoring keadaan umum pasien
R/ Untuk memonitoring kondisi pasien selama perawatan terutama saat perdarahan.
8.      Pemeriksaan HB, PCV, dan Trombosit
R/ Untuk mengetahui tingkat pembuluh darah yang di alami pasien.

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

B.     Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita hiperemesis gravidarum.













DAFTAR PUSTAKA

                  

Hidayati Ratna.2009.Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis Dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika

Hartono Andry.  1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Lowdermilk, Jensen Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan.  Jakarta :  Trisada Printer

Tiran Denise. 2006. Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.  Jakarta : EGC

Abell TL, Riely CA: Hyperemis gravidarum. Gastroenterol Clin North Am 21(4):835, 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar