BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian
wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan oleh
apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara
kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006).
Berdasarkan definisi ini kematian
maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung (direct obstetric
death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death), kematian
yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang
sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian
tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis
gravidarum. (Sarwono, 2006)
Penyebab hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan anatomik pada anak, jantung,
hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin. Beberapa faktor
predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena
masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik,
faktor psikologis keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor
endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan
40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual biasanya
dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat,
namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj,
2009)
Perawat adalah salah satu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan
pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara
berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan
dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan
pelayanan Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan
motivasi mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis
gravidarum, karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi
mual dan muntah yang dialaminya, maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan
suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Kami tertarik untuk membahas makalah
ini karena banyak sekali penderita hiperemesis gravidarum hasil penelitian
menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase
sebesar 55% dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum
B.
TUJUAN PENULISAN
- Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada pasien ibu hamil dengan Hypermesis Gravidarum
- Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu mengerti pengertian Hyperemesis Gravidarum
b.
Mahasiswa mampu mengetahui etiologi Hyperemesis
Gravidarum
c.
Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hyperemesis Gravidarum
d.
Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi
e.
Mahasiswa mampu mengetahui pathways
f.
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang
g.
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan
h.
Mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual
dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari
karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.
(Rustam Mochtar,
1998)
Hiperemesis Gravidarum diartikan
sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan.
(Hellen Farrer,
1999)
Hiperemesis
gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan gangguan
kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama (umumnya
antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007)
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang
membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita
hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan.
(Varney, 2007)
Hiperemesis
gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering, cepat
mengalami dehidrasi dan asidoketotik.
(Llwellyn, 2011)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan
pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah yang berlebihan (muntah berat) dan
terus menerus pada minggut kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan
disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. Etiologi
Penyebab
hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi. Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain
yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.
Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
ini merupakan faktor organik.
3.
Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
4.
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
(Wiknjosastro, 2005)
C.
Tanda dan Gejala
Batas jelas
antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum
tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
- Tingkatan I
Muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat ssekitar
100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan mata cekung.
- Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan
apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan
turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
- Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah
berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia dan
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wiknjosastro, 2005)
D. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah
yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloremia, penurunan klorida urin yang selanjutnya menyebabkan
hemokonsentrasi yang mengurangi perpusi darah ke jaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat
muntah dan eksresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom
Mallory-Weeiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
(Wiknjosastro,2015)
E. Pathways
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Faktor
hormonal
korialis Hormon
khorionik
|

|
|
|

Hyperemesis Gravidarum![]() |
|
|
F. Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan wanita hamil yang
mengalami hyperemesis dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis.
Pemberian terapi intravena yang kemudian dipantau pemberian agens farmakologi
dan suplemen nutrisi dan pemantauan wanita respon terhadap intervensi. Perawat
mengopservasi wanita untuk mendeteksi adanya komplikasi seperti aksidosis
metabolik, interik atau himoragi dan memberitahu tenaga keperawatan kesehatan
begitu tanda-tanda tersebut muncul.
2.
Penatalaksanaan Medis
- Obat-obatan
Apabila
dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid
atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
- Isolasi
Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan.
Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
- Terapi psikologik
Perlu
diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
- Cairan parenteral
Berikan
cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat
daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik
dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang
tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
- Penghentian kehamilan
Pada
sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit
diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada
organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2.
Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3.
Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengkajian Keperawatan
1.
Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2.
Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3.
Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4.
Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5.
Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
Frekuensi pernapasan meningkat.
6.
Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
7.
Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8.
Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9.
Pembelajaran dan penyuluhan
a.
Segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama.
b.
Berat badan turun lebih dari
1/10 dari berast badan normal
c.
Turgor kulit, lidah kering
d.
Adanya aseton dalam urine
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
2.
Deflsit volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebi
3.
Intolerans aktifitas
berhubungan dengan kelemahan
4.
Syok
hipovolemik berhubugan dengan penurunan keasadaran
C. Rencana Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Tujuan :
a.
Menjelaskan
komponen diet seimbang prenatal, memberi makanan yang mengandung vitamin,
mineral, protein dan besi.
b.
Mengikuti diet yang
dianjurkan.
c.
Mengkonsumsi
suplemen zat besi / vitamin sesuai resep.
d.
Menunjukkan
penambahan berat badan yang sesuai ( biasanya 1,5 kg pada ahir trimester
pertama )
Kriteria Hasil :
a.
Nafsu makan bertambah
b.
Mual berkurang
c.
Nutrisi membaik.
Intervensi:
1.
Batasi intake oral hingga
muntah berhenti.
R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
R/ Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
2.
Berikan obat anti emetik yang
diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
R/Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.
Pertahankan terapi cairan yang
diprogramkan.
R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
R/Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
4.
Catat intake dan output.
R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
R/Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
5.
Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi sering
R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
R/Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
6.
Anjurkan untuk menghindari
makanan yang berlemak
R/dapat menstimulus mual dan muntah.
R/dapat menstimulus mual dan muntah.
7.
Anjurkan untuk makan makanan
selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada
siang hari dan sebelum tidur
R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
R/Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
2.
Defisit volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
Tujuan :
a.
Mengidentifikasi
dan melakukan tindakan untuk menurunkan frekuensi dan keparahan mual/muntah.
b.
Mengkonsumsi cairan
dengan jumlah yang sesuai setiap hari.
c.
Mengidenifikasi
tanda-tanda dan gejala-gejala dehidrasi yang memerlukan tindakan.
Intervensi:
1.
Tentukan frekuensi atau
beratnya mual/muntah.
R/Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
R/Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
2.
Tinjau ulang riwayat
kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
R/Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
R/Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3.
Anjurkan klien
mempertahankan masukan/keluaran, tes urin,dan penurunan berat badan setiap
hari.
R/Membantu dalam proses penyembuhan penyakit.
R/Membantu dalam proses penyembuhan penyakit.
4.
Kaji suhu badan dan turgor
kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien
dan bandingkan dengan standar
R/Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
R/Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
5.
Anjurkan peningkatan asupan
minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan
tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
R/Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
R/Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
3.
Intoleransi Aktifitas
berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan metabolisme sel.
Tujuan :
a.
Melaporkan
peningkatan rasa sejahtera/tingkat energi.
b.
Mendemonstrasikan
peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur.
Intervensi:
1.
Anjurkan klien membatasi
aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
R/Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga
yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
2.
Anjurkan klien untuk
menghindari mengangkat berat.
R/Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
R/Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
3.
Bantu klien beraktifitas secara
bertahap
R/Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
R/Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
4.
Anjurkan tirah baring yang
dimodifikasi sesuai indikasi
R/Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.
R/Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi.
5.
Beriakn latihan
rentang gerak pasif/aktif pada pasien yang terbaring di tempat tidur.
R/Menjaga kelenturan sendi-sendi
tulang.
6.
Pertahankan tempat
tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,
bantu ambulasi.
R/Menjaga keselamatan
pasien selama di rawat di rumah sakit.
4. Syok hipovolemik
berhubungan dengan pendarahanyang terjadi secara terus menerus
Tujuan:
Tidak terjadi
syok selama dalam masa perawatan dengan kriteria :
-Tidak terjadi
penurunan kesadaran
-TTV dalam
batas normal
-Tugor kulit
baik
-Perkusi
perifer baik (akral hangat, kering dan merah)
-Cairan dalam
tubuh balance.
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk
lebih banyak minum.
R/ Peningkatan
intake cairan dapat meningkatkan volume intravaskuler yang dapat meningkatkan
perfusi jaringan.
2. Observasi TTV tiap 24 jam
R/ Perubahan TTV dapat merupakan
indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
3. Observasi terhadap
tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan awal terjadinya syock
bila dehodrasi tidak ditangan secara baik.
4. Observasi intake cairan
dan output.
R/ Intake
cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
5.
Observasi tingkat kesadaran klien
R/ Pengukuran GCS EVM
6.
Kolaborasi dengan dokter dalam pembaerian terapi cairan IV
R/ Cairan intra vena
diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
7.
Monitoring keadaan umum pasien
R/ Untuk memonitoring
kondisi pasien selama perawatan terutama saat perdarahan.
8.
Pemeriksaan HB, PCV, dan Trombosit
R/ Untuk mengetahui
tingkat pembuluh darah yang di alami pasien.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan
pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas,
jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Pencegahan
terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering.
B. Saran
Saran untuk
ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan pola makan
dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan
pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada
seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang
tidap lagi menjadi penderita hiperemesis gravidarum.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayati Ratna.2009.Asuhan
Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis Dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika
Hartono Andry.
1999. Perawatan Maternitas Edisi 2.
Jakarta : EGC
Lowdermilk,
Jensen Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Prawirohardjo
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Trisada Printer
Tiran Denise. 2006. Seri
Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC
Abell TL, Riely CA: Hyperemis gravidarum. Gastroenterol
Clin North Am 21(4):835, 1992




Tidak ada komentar:
Posting Komentar