Jumat, 11 Desember 2015

sistem pencarnaan manusia



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG

Pencernaaan adalah proses di mana makanan dan cairan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga tubuh dapat menggunakannya  untuk membangun  dan memelihara sel-sel. Pencernaan dimulai dari mulut, dimana makanan dan cairan diambil, dan selesai di usus kecil.Sistem pencernaan adalah system yang terdiri dari pencernaan saluran dan organ-organ lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.                                                            ( Kamus Kesehatan, 2015 )

Gangguan sistem pencernaan merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit gastritis, hernia, trauma abdomen, ca hepar, ca rectum dan lain-lain. Untuk insiden ca rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
B.   TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah terapi/penatalaksanaan klien dengan gangguan system pencernaan  yaitu :
1.Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1)  dan setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu mendapatakan gambaran serta pengalaman nyata dalam melakukan terapi/penatalaksanaan klien dengan gangguan system pencernaan melalui proses keperawatan yang komprehensif.
2.Tujuan Khusus :
a.         Untuk mengetahui dan mengerti akan pengertian system pencernaan.
b.        Untuk mengetahui macam-macam gangguan klien dengan system pencernaan.
c.         Untuk mengetahui definisi dari gangguan klien dengan system pencernaan.
d.        Untuk mengetahui etiologi dari gangguan klien dengan system pencernaan
e.         Untuk mengetahui terapi/penatalaksanaan dari masing-masing gangguan klien dengan system pencernaan.

C.   MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
1.    Bagi Mahasiswa
Mampu memberikan terapi pada klien dengan gangguan system pencernaan serta menambah pengetahuan penulis mengenai kasus ini.
2.    Bagi Pelayanan Kesehatan ( Khususnya Perawat )
Mampu memberikan wacana serta meningkatkan kualitas dalam konsep pelayanan bagi kesehatan khususnya dalam penanganan pada klien dengan system pencernaan.
3.    Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan sebagai evaluasi dari hasil belajar mahasiswa dalam mengaplikasikan teori asuhan keperawatan yang diterima saat perkuliahan.
4.    Bagi Klien
Mampu memahami dan mengetahui penyakit ca paru serta penanganannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.   DEFINISI  SISTEM PENCERNAAN
Pencernaaan adalah proses di mana makanan dan cairan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga tubuh dapat menggunakannya  untuk membangun  dan memelihara sel-sel. Pencernaan dimulai dari mulut, dimana makanan dan cairan diambil, dan selesai di usus kecil.Sistem pencernaan adalah system yang terdiri dari pencernaan saluran dan organ-organ lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.                                                                       
( Kamus Kesehatan, 2015 )
System pencernaan adalah sustu system yang menerima makanan, mencernanya untuk dijadikan energy dan nutrient, kemudian mengeluarkan sisa-sisa prose situ melalui dubur. Secara umum system pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang memanjang dan berkelok-kelok, dimana diawali dengan suatu lubang yang disebut mulut, makanan dimasukkan dan lubang akhir yang disebut anus, dimana merupakan tempat sisa makanan yang tidak dicerna untuk dibuang melalui dubur.
( Wikipedia, 2014 )

B.   GANGGUAN SISITEM PENCERNAAN
1.      Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Infeksi
a.       Gastritis
1)      Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah kaut dan kronik.
 ( Price & Welson, 2006)
2)      Etiologi
Menurut  www.indofarma.co.id penyebab yang dapat mengakibatkan gastritis antara lain :
1)      Infeksi bakteri ( bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan  mukosa yang melapisi dinding lambung melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini) 
2)      Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus seperti Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen .
3)      Penggunaan alkohol secara berlebihan.
4)      Penggunaan kokain.
3)      Tanda dan Gejala
1.      Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut yaitu :
a.       Anoreksia, mual dan muntah
b.      Nyeri Epigastrum
c.       Perdarahan Saluran Cerna pada Hematemesis melena
d.      Tanda lebih lanjut yaitu anemia
2.      Manifestasi Klinik yang biasa muncul pada Gastritis Kronik, kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh tentang :
a.       Nyeri ulu hati
b.      Anorexia, Nausea
c.       Keluhan anemia
d.      Pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.  
( Brunner & Suddart, 2002 )
4)      Terapi /penatalaksanaan
1)      Penatalaksanaan Medis
a)      Pemberian cairan.
b)      Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik.
c)      Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
d)     Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
e)      Pemberian anti spasmodik.
f)       Beriekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
2)      Penatalaksanaan keperawatan
a)Gastritis Akut
·         Faseakute, istirahat total 1-2 hari
·         Hari 1 sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum.
·         Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
·         Hari ketiga boleh makan bubur dan bias makan lembek lainnya.
·         Pengaturan diet.
b)      Gastritis kronis
·         Istirahat yang cukup.          
·         Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
·         Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
·         Hindari merokok.

b.      Gastroenteritis
1)      Definisi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistens feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah/lender saja.                                      ( Sudaryat Suraatmaja, 2005 )
Gastritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah.
2)      Etiologi
a)      Factor infeksi bakteri, virus, dan parasit.
b)      Factor malabsorbsi : karbohidrat, lemak atau protein.
c)      Factor makanan : makanan basi,beracun dan alergi terhadap makanan.
d)     Infeksi terhadap organ lain seperti radang tonsil, bronchitis & tenggorokan .
3)      Tanda dan Gejala
a)      Diare, mual dan muntah
b)      Nyeri abdomen
c)      Membrane mukosa mulut dan bibir kering, kehilangan berat badan.
d)     Tidak nafsu makan dan badan tersa lemah.
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a)      Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 1-0- 20 ml )
b)      Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mula dan muntah.
c)      Antibiotic yang diberikan  pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
d)     Pemberian metronidazole 250-750 mg selama 5-14 kali.
e)      Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic.
f)       Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi.

c.       Tyfoid Abdominalis
1)      Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
(Smeltzer & Bare, 2002)
2)      Etiologi
a)      96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :

Ø  Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)
Ø  Antigen (flagella)
Ø  Antigen VI dan protein membran hialin
b)      Salmonella paratyphi A,B,C
c)      Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus
(Wong ,2003)
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37o C dan mati pada suhu 54,4o C                                                                                                                  (Simanjuntak, C. H, 2009)
3)      Tanda dan Gejala
a)      Nyeri kepala
b)      Nyeri perut
c)      Mual , muntah
d)     Bradikrdi
e)      Gejala pada anak :inkubasi  5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
f)       Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
g)      Demam turun pada minggu keempat,kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan shock,stupor dan koma
h)      Ruam muncul pada hari 7-10 dan bertambah pada 2-3 hari
( Arif Mansjoer, 2008 )
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a)      Penatalaksanaan Medis
1.      Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
Ø Klorampenicol
Ø Amoxicilin
Ø Kotrimoxasol
Ø Ceftriaxon
Ø Cefixim
2.      Antipiretik (Menurunkan panas) :
Ø Paracetamol.


b)      Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Observasi dan pengobatan
2.      Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
3.      Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
4.      Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubahah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
5.      Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan diare.
6.      Anjurkan minum banyak
7.      Kompres hangat bila panas meningkat
c)      Diet
1.      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2.      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3.      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4.      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari  .                                      ( Smeltzer & Bare, 2002 )
d)     Pencegahan
1.      Penyediaan air minum yang memenuhi.
2.      Pembuangan kotoran manusia ( BAB dan BAK ) yang hygiene.
3.      Pemberantasan lalat.
4.      Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
5.      Imunisasi.
6.      Pendidikan kesehatan pada masyarakat seperti hygiene sanitasi personal hygiene .
( Arif Mansjoer, 2008 )



d.      Kolelitiasis
1)      Definisi
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung  empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu
(Brunner & Suddarth, 2002)
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,    bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid
 (Price & Wilson, 2005)
2)      Etiologi
Batu dalam kandung empedu sebagian besar tersusun dari pigmen - pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Faktor resiko dan patogenesis batu empedu sebagai berikut.
a)      Jenis kelamin perempuan lebih cenderung mengembangkan batu empedu kolesterol daripada laki khususnya pada masa reproduksi.
b)      Peningkatan usia.
c)      Obesitas.
d)     Kehamilan terutama kehamilan multiple.
e)      Factor genetic
f)       Infeksi bilier.                                                   ( Arif Muttaqin, 2011 )
3)      Tanda dan Gejala
a)      Nyeri tekan kuadram kanan atas midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau region bahu kanan.
b)      Mual dan muntah.
c)      Demam.
d)     Perubahan warna urine dan feses.
e)      Ikterus obstruksi.                                            ( Nanda NIC NOC, 2013 )

4)      Terapi/Penatalaksanaan
a)      Penatalaksanaan Medis
Terdapat tiga bentuk penatalaksanaan medis yaitu bedah dan non bedah  yang dijelaskan sebagai  berikut:
1.      Penatalaksanaan Non Bedah
a.       Farmakologis
·         Untuk menghancurkan batu : Irsidiol, Actigal.
Efek samping : diare,  bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi untuk ibu hamil.
·         Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu : Chenodiol/Chenix
·         Untuk mengurangi gatal-gatal : Choletyramine (Questran) -
·         Menurunkan rasa nyeri : analgesik
·         Mengobati infeksi : Antibiotik  
b.      Pengangkatan batu tanpa operasi
·         Pelarutan batu empedu
 dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono-oktanoin atau metil tertierbutil eter/MTBE) ke dalam batu empedu. Dapat diinfuskan atau melalui selang kateter yang dipasang  perkutan langsung ke dalam kandung empedu, melalui selang matau drain yang dimasukkan melalui saluran T tube untuk melarutkan  batu yang belum dikeluarkan saat pembedahan, melalui ERCP atau kateter bilier transnasal
·         Pengangkatan non bedah
Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan melalui saluran T Tube, jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam dukts koledokus
·         Extracorpreal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL)   menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock wave) yang diarahkan kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen




2.      Pembedahan
a.       Kolisistektomi
Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Sebuah drain (penrose) ditempatkan dalm kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan srosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa  basorben.
b.      Minikolisistektomi
Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c.       Kolesistektomi Laparaskopik
Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk pemasangan endoskop.
d.      Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas.                                               ( Surattun, 2010 )
b)      Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Memberikan informasi tentang fungsi organ khususnya empedu. Cairan empedu terus-menerus keluar dalam jumlah banyak, menandakan adanya obstruksi atau peradangan.
b.      Beri penjelasan kepada keluarga tentang tindakan pembedahan kolesistektomi khususnya pada pasien yang mengalami perdarahan sekunder dari perforasi ulkus peptikum.
c.       Anjurkan untuk berolahraga dan kurangi berat badan.
d.      Mengurangi aktivitas berat sesuai anjuran 4-6 bulan post op.
e.       Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut
f.       Pemasangan NGT untuk mengurangi mual dan muntah
g.      Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein, hindari alcohol dan makanan yang menimbulkan diare.
( Nanda NIC NOC, 2013 )
e.       Apendiksitis
1)      Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan   penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, Arief,dkk, 2009).
2)      Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi  yaitu :
a.       Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena
Ø  Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
Ø  Adanya faekolit dalam lumen appendiks
Ø   Adanya benda asing seperti biji-bijian
Ø  Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b.      Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c.       Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
d.      (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid                                                                (Nuzulul, 2009)
3)      Tanda dan Gejala
a)      Nyeri samar ( nyeri tumpul ) didaerah epigastrium disekitar umbilicus.
b)      Mual dan muntah
c)      Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
d)     Nafsu makan turun.
e)      Dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc Burney.                                             ( Nanda NIC NOC, 2013 )
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a.  Penatalaksanaan medis apendiksitis:
1.  Sebelum operasi
Ø  Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
Ø  Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai
2.    Operasi
Ø  Apendiktomi.
Suatu cara mengelola instrument selama proses operasi apendiktomi ( pemotongan apendiks yang dibuang karena terjadi infeksi atau perforasi ), jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan  garam fisiologis dan antibiotika.Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin  memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3.      Pasca operasi
Ø  Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Ø  Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
b.  Penatalaksanaan Keperawatan
1.   Sebelum operasi pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2.   Pemasangan kateter untuk control produksi urin
3.   Observasi TTV
4.   Pasca operasi berikan posisi semi fowler
5.   Berikan makanan yang tidak merangsang peristaltic.
6.   Jiak terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
7.   Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.  Keesokan  harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
8.   Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit.
9.   Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
10.     Hari ke-7 jahitan dapat diangkat              ( Mansjoer Arief,2008 )
f.       Hernia
1)      Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
     (Lewis,SM, 2003).
2)      Etiologi
a)      Kongenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa kegagalan perkembangan
b)      Hrediter (kelainan dalam keturunan)
c)      Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
d)     Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
e)      Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat
3)      Tanda dan Gejala
a)      Adanya benjolan ( biasanya asimptomatik )
b)      Nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c)      Bila pasien mengejan batuk maka benjolan akan bertambah besar.
d)     Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
( Nanda NIC NOC, 2013 )
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a)      Penatalaksanaan Medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
1.      Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah:
a.       Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b.      Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c.       Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2.      Terapi konservatif/non bedah meliputi :
a.       Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia ventralis.
b.      Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
c.       Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
d.      Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala. 
3.      Terapi umum adalah terapi operatif.        
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomoi.



b)      Penatalaksanaan keperawatana.
1.         Meninggikan kaki tepat tidur dengan posisi kaki pasien lebih tinggi dari kepala untuk mengembalikan isi hernia ke rongga asalnya.
2.         Memberikan posisi yang nyaman .
3.         Kolaborasi(memberikan obat sesuai indikasi dan mengusulkan untuk di lakukan pembedahan )
4.         Penyuluhan
5.         Menganjurkan pasien untuk tidak mengangkat benda berat
6.         Pengedanan yang di paksakan tidak diperbolehkan
7.      Segera melapor atau kontrol ke tempat pelayanan kesehatan bila ada gejala hernia

4.      Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Neoplasma
a)      Ca Hepar
1)      Definisi
Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami perubahan mekanisme kontrol dalam sel yang mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkontrol. Sel abnormal tersebut akan membentuk jutaan kopi, yang disebut klon. Mereka tidak dapat melakukan fungsi normal sel hati dan sel terus menerus memperbanyak diri. Sel-sel tidak normal ini akan membentuk tumor.                                             (Inayah, 2004).
2)      Etiologi
Etiologi dari Ca. Hepar yaitu
a.       Kebiasaan merokok dan kebiasaan minum minuman keras (pengguna alkohol).
b.      Kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen,karsinogen karsinogen dosis tinggi)..
c.       Virus Hepatitis B dan Hepatitis C.
d.      Cerosis Hepatis.                                                (Corwin Elizabeth,2002)
3)      Tanda dan Gejala
a)      Gangguan nutrisi : penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia, dan anemia.
b)      Nyeri abdomen.
c)      Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler.
·   Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan  nodul malignan dalam hilus hati.
·   Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
d)     Hepatomegali (pembesaran pada hati)           
(corwin Elizabeth,2002)
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Non Bedah
1.      Terapi radiasi
Nyeri dan gangguan rasa aman dapat dikurangi secara efektif dengan terapi radiasi pada 70% hingga 90% penderita. Gejala anoreksia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Metode pelaksanaan radiasi mencakup :
Ø  Penyuntikan antibodi berlabel isotop radioaktif secara intravena yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
Ø  Penempatan sumber radiasi perkuatan intensitas tinggi untuk terapi radiasi intersisial.
Tujuan terapi ini adalah memberikan radiasi langsung kepada sel sel tumor. Terapi radiasi eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi juga telah di upayakan tetapi tidak memperlihatkan keuntungan tambahan.
2.      Kemoterapi
Kemoterapi ini digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya, bentuk terapi ini juga dapat dilakukan ajurkan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metatastis hati.


b.      Penatalaksanaan Bedah
1.      Lobektomi hati.
Pada penatalaksanaan bedah lobektomi hati dilakukan dengan pengangkatanhati
2.      Transplantasi hati
Transplatasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dan menggantinya dengan hati yang sehat.

3.      Drainase Bilier Perkuatan
Di gunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang tidak dapat dioperasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantun flouroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati dinding obstruksi ke dalam duodenum.
    ( Brunner & Suddart,2002)

5.      Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Trauma
a)      Trauma Abdomen
1)      Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma ang disengaja atau tidak disengaja.
( Smeltzer, 2002 )
trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen ynag dapat menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan metabolism, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
( Sjamsuhidayat, 2004 )
2)      Etiologi
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Penyebab trauma abdomen adalah :
a.       Penyebab trauma penetrasi
·         Luka akibat terkena tembakan.
·         Luka akibat tikaman benda tajam.
·         Luka akibat tusukan.
b.      Penyebab trauma non-penetrasi
·         Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh.
·         Hancur ( tertabrak mobil )
·         Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut.
·         Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga.
( Sjamsuhidayat, 2004 )
3)      Tanda dan Gejala
a.       Nyeri tekan diatas daerah abdomen
b.      Distensi abdomen
c.       Demam, anorexia, mula dan muntah
d.      Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen.
e.       Terjadi perdarahan intra abdominal               
f.       Peningkatan suhu tubuh                                  ( Sjamsuhidayat, 2004 )
4)      Terapi/Penatalaksanaan
a.          Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain pemberantasan syok (operasi)
b.         Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
c.          Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka karena benda tajam yang dangkal hendaknya diekplorasi dengan memakai anestesi lokal, bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak diperlukan laparatomi.
d.         Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
e.          Laparatomi
1.      Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
2.      Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
3.      Melalui ekplorasi yang seksama teliti seluruh alat di dalamnya. Korban trauma tembus memerlukan pengamatan khusus terhadap adanya kemungkinan perlukaan pada pankreas dan duodenum.
4.      Hematoma retroperitoneal yang tidak meluas atau berpulsasi tidak boleh dibuka.
5.      Perlukaan khusus perlu diterapi
6.      Rongga peritoneal harus dicuci dengan larutan garam fisiologis sebelum ditutup
7.      Kulit dan lemak subcutan dibiarkan terbuka bila ditemukan kontaminasi fekal, penutupan primer yang terlambat akan terjadi dalam waktu 4 - 5 hari kemudian.  

BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
System pencernaan adalah sustu system yang menerima makanan, mencernanya untuk dijadikan energy dan nutrient, kemudian mengeluarkan sisa-sisa prose situ melalui dubur. Secara umum system pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang memanjang dan berkelok-kelok, dimana diawali dengan suatu lubang yang disebut mulut, makanan dimasukkan dan lubang akhir yang disebut anus, dimana merupakan tempat sisa makanan yang tidak dicerna untuk dibuang melalui dubur.
Gangguan system pencernaan pada klien ada bermacam-macam diantaranya gangguan system pencernaan akibat infeksi seperti typoid abdominalis, apendiksitis, kolelitiasis, hemoroid, dan hernia. Sedangkan gangguan system pencernaan akibat neoplasma seperti ca hepar. Dan gangguan system pencernaan akibat trauma seperti trauma abdomen.

B.   SARAN
Dalam menerapkan Terapi/Penatalaksanaan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan gangguan system pencernaan  misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasan yang merugikan , memperhatikan lingkungan yang bersih dan pola hidup yang sehat. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.






DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2 Vol 2. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Huda,Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC.Jakarta: EGC.
Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta
Mansjoer arif,2008.kapita selekta kedokteran,jilid 3 Edisi 1.Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Simanjutak,C. h.2009. Demam typoid, epideminologi dan perkembangan penelitian.  Cermin dunia kedokteran no. 83
Smeltzer, S.C& Bare, B.G,2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC
Wilson LM.2005 Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edisi 4. EGC.Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar